Saturday, December 08, 2007

Lions for Lambs, The Movie

The movie told me to make a recomendation to anywho loves strategy, nationhood, and loving their job.

I won't disturb you to find your own point, for sharp view, then watch the movie. The site may help.

http://www.lionsforlambsmovie.com/

_adw
*rich with tastefull dialogue

Tuesday, December 04, 2007

DONG MU, Sebuah Novel


Dong Mu, kata yang mudah diingat, tapi jadi ingin tahu, Apa sih artinya?
Tomodachi? Mate? nah seperti itulah kira-kira artinya, kurang familiar dengan telinga karena bahasa Korea mungkin ya.

Adalah judul novel Mang Jamal. Sudah tersedia di toko buku (utama) terdekat.

Untuk kawan yang suka sama hal-hal baru, suka sama tema petualangan, pertemanan, dan hidup novel ini enak buat dibaca.

Saya menemukan resensi yang menurut saya menjelaskan novel ini. Resensi dari Q :

Ini adalah novel kelima karya Jamal, tapi yang pertama aku baca. Novel-novel sebelumnya adalah Louisiana Lousiana (2003), Rakkaustarina (2004), Fetussaga (2005), dan Epigram (2006). Cukup produktif juga mang Jamal ini berkarya, konsisten setiap tahun melahirkan satu buah novel yang selalu saja diberi judul aneh aneh :D. Novel kelima "Dong Mu" diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, September 2007, 240 halaman.

"Dong Mu" adalah kata dalam bahasa Korea yang berarti teman, atau lebih cocok dipadankan dengan bahasa Rusia "kamerad". Dan memang cerita dalam novel ini mengambil setting utama di semenanjung Korea, dan kisahnya juga bersinggungan dengan tentara dan intelijen. Dengan konflik seputar perselisihan antara Korea Utara dan Selatan dalam hal senjata nuklir, membuat novel ini benar2 sangat berbeda dari semua novel yang pernah ditulis oleh novelis Indonesia. Perlu keberanian dan kelengkapan data untuk mengangkat topik ini menjadi sebuah cerita.

Dari Rudal Nuklir Hingga Agen CIA

Herman awalnya adalah tenaga ahli di Batan, lembaga riset nuklir milik pemerintah Indonesia. Pada sebuah seminar international tentang nuklir, paper dan makalahnya ternyata mampu mengundang banyak perhatian. Berkat kecermatannya membahas keamanan reaktor nuklir ia mendapat tawaran bekerja untuk IAEA (Internatioan Atomic Energy Agency) sebagai Nuclear Safeguards Inspector yang bermarkas di Wina Austria. Tugasnya adalah mengawasi keamanan semua reaktor2 nuklir yang tersebar di seluruh dunia.

Selepas tengah malam pada tanggal 5 Juli 2006, Herman menerima berita mengejutkan bahwa setengah jam sebelumnya Korea Utara telah meluncurkan tujuh buah rudal percobaan. Dan rudal-rudal itu jatuh di perairan antara Jepang dan semenanjung Korea. Yang dicemaskan adalah jika pada rudal-rudal tersebut ternyata dipasang hulu ledak nuklir, karena selama ini Korea Utara selalu tertutup dalam segala aktifitas pengembangan nuklir nya.

Atasan Herman segera menugaskannya untuk berangkat ke Tokyo, berkoordinasi dengan IAEA Tokyo, kemudian ke Korea untuk melakukan penyelidikan. Tentu saja mereka tidak punya akses untuk langsung menuju Korea Utara, negara yang menutup diri dari dunia luar. Mereka harus ke Korea Selatan dulu dan kemudian menyusun rencana memasuki Korea Utara untuk melakukan inspeksi. Sayangnya personel IAEA telah tercantum dalam black list yang dicegah memasuki Korea Utara.

Ketika Herman sedang berkunjung ke rumah sahabatnya Prof. Rukayadi, seorang peneliti bioteknologi di Universitas Sinchon Seoul, ia mendapat kabar yang semakin memperkeruh keadaan. Seorang agent CIA warga negara Amerika Serikat kenalan Herman yang bernama Robert Campbell menyusup ke Korea Utara menyamar sebagai agen IAEA, tapi akhirnya malah diculik oleh kelompok tertentu di Korea Utara. Kim Song Gi, pemimpin kelompok itu meminta tebusan 50 kg uranium sebagai syarat pembebasan Robert Campbell. Tebusan itu harus diserahkan oleh orang sipil. Dan ia secara khusus menunjuk Herman yang harus menyerahkan tebusan tersebut.

Pihak Amerika tidak tinggal diam. Mereka mengirim task force untuk membebaskan Robert Campbell. Herman bekerja sama dengan mereka menyusun rencana pembebasan tersebut. Prof. Rukayadi yang tidak ada sangkut paut apapun akhirnya malah ikut juga dalam rencana tersebut.

Bisakah mereka membebaskan Robert Campbell tanpa memicu perseteruan antar beberapa negara? Mampukah Herman yang orang sipil menghadapi kelicikan intelijen Korea Utara? Dan apa sebenarnya terjadi di balik ini semua?

Nuklir, Tema yang Jarang Disentuh

Konflik tentang nuklir sepertinya nyaris belum pernah disentuh oleh penulis Indonesia. Bisa dimaklumi karena memang bangsa kita masih awam dan asing terhadap sumber energi yang satu itu. Namun Jamal telah mengerjakan tugasnya dengan baik, mengumpulkan segala data seputar konflik nuklir international yang diperlukan untuk dijelaskan kepada pembaca.

Tentunya semua itu diperoleh Jamal dari narasumber utama yang nama dan karakternya juga dijadikan tokoh utama dalam novel ini. Hermanto Dulliman. Beliau adalah benar-benar seorang praktisi di dunia nuklir, dan juga benar-benar bekerja untuk IAEA sebagai Nuclear Safeguards Inspector. Tidak disangka bahwa ternyata ada anak bangsa kita yang menjabat posisi penting di badan international yang sangat berpengaruh itu.

Karena mengambil informasi dan perspektif dari praktisi yang mendukung pengembangan nuklir, maka sedikit banyak Jamal juga ikut berpromosi tentang perlunya negara berkembang memiliki reaktor nuklir sebagai sumber energi. Tentunya asal syarat-syarat keamanan reaktor selalu dijaga dengan sangat teliti. Paranoia negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, terhadap setiap negara yang mengembangkan nuklir, membuat negara2 berkembang tidak mendapat kesempatan untuk memiliki sumber energi yang murah, hemat, dan efisien yang dihasilkan oleh reaktor nuklir.

Informasi tentang konflik nuklir, keamanan reaktor, keunggulan energi dari nuklir, memang cukup lengkap disajikan oleh Jamal. Tapi sayangnya kadang ia menyajikan informasi2 itu begitu saja, hingga terasa seperti membaca sebuah reportase di majalah atau surat kabar. Seharusnya informasi itu bisa diolah sedemikian rupa dalam bentuk dialog atau diskusi yang menarik antar para tokoh. Beberapa memang sudah dikemas dalam bentuk dialog, tapi sebagian lainnya disajikan nyaris mentah.

Belum Dimasak Hingga Matang

Setting konfliknya yang antar negara, juga sebuah terobosan baru bagi novel Indonesia. Masih jarang ada penulis Indonesia yang berani mengangkat konflik politik Internasional dalam sebuah novel. Apalagi sampai melibatkan pasukan militer dan intelijen dari negara2 lain. Ini memang sebuah novel thriller spionase international.

Namun sekali lagi sayangnya semua elemen yang tersedia itu tidak dimanfaatkan dan dieksploitasi secara maksimal. Konflik yang terjadi ternyata diselesaikan dalam sekali pukul. Tidak ada alur cerita yang berkelok-kelok bikin penasaran. Sekali serang, kena, kabur, kelar. Simpel saja.

Pendalaman karakter juga tidak dilakukan secara intensif. Herman disebut sebagai pemarah dalam suatu dialog, tapi sifat itu ternyata tidak kentara dalam cerita yang dibangun. Herman lebih banyak bercerita tentang nuklir dan konfliknya, tapi kurang diungkapkan emosi dan perasaannya.

Adanya tokoh Profesor Rukayadi, yang tampaknya juga berdasarkan tokoh nyata, terasa hanya tempelan. Keterlibatannya dalam konflik penculikan agen CIA seperti dipaksakan. Jamal tampaknya ingin memasukkan semua kenalannya di Seoul untuk menjadi tokoh dalam novel ini :D

Ide Jempolan, Tapi Kurang Dieksplorasi

Kesimpulannya, ide yang diangkat dalam novel ini bagus banget. Cukup aktual juga untuk kondisi Indonesia yang sedang kelimpungan mencari dan mempertimbangkan sumber energi alternatif selain minyak. Data dan informasi yang mendukung tema dan konflik dalam novel ini juga sangat lengkap. Banyak pengetahuan baru seputar nuklir yang bisa diperoleh pembaca.

Penulisnya cukup berani menghadirkan sosok lembaga international yang cukup berpengaruh seperti IAEA dan CIA. Lalu ada juga pasukan militer dari Amerika Serikat. Konflik antar negara yang dibangunnya tentu juga tidak bisa sembarangan diada-adakan.

Semua itu berhasil dikumpulkan oleh penulis untuk membangun sebuah cerita, yang sayangnya, terlalu simpel untuk ukuran kisah yang melibatkan badan2 intelijen antar negara. Penulisnya terlalu sibuk menyampaikan informasi dan data tentang nuklir, tapi melupakan faktor alur cerita yang kiranya bisa menarik perhatian pembaca.

O ya, satu hal yang agak aneh, kenapa GPU melabel novel ini sebagai "Novel Dewasa" ya? padahal sama sekali tidak ada "adegan dewasa", juga tidak ada kekerasan yang berlebihan.

Selamat membaca!

_adw