kemahasiswaan : dunia mahasiswa
memulai dengan puisi :
selamat pagi udara dingin,
selamat merekah menjadi embun,
toh besok pagi [jika ada],
jadi udara lagi.
jadi malu, nulis banyak di halamannya ikram di sini dibiarin kosong. kebetulan kemarin pagi ada sahabat hati yang ngajak ngobrol masalah ini.
tentang pemilu raya km itb
selamat dan salut buat jalu, prima, dan kawan-kawan panpel yang masih berani berharap pada kemahasiswaan itb dengan cara seperti itu. beberapa kali himpunan saya dikunjungi untuk membicarakan masalah pemilu raya, sedikit lucu, karena hanya beberapa kali saja dalam periode oktober04-maret05 ini ada produk pemilu raya lalu berkunjung ke himpunan saya. tapi sudahlah. yang menurut saya menari untuk disampaikan di sini ialah tentang PEMILU BERKUALITAS. dari yang saya pahami, keharusan ada bebrapa komponen yang bermain dalam drama pemilu raya:
1. panpel dan aturan yang berpihak pada kejujuran pelaksanaan pelaksanaan politik kampus yang sehat
2. kandidat dan tim yang kuat, serius, total, dan tidak konyol
3. voter yang layak memilih
4. unit pengawas, baik secara kelembagaan dan atau personal
yang saya rasakan sekarang di pemilu raya kali ini ada beberapa komponen yang nampak keropos:
1. panpel? oke lah yah. hanya pengemasan publikasinya yang kurang sentuhan perasaan [coba lihat deh banyak selebaran kecil masalah pemilu raya bergeletakan di selasar-selasar himpunan, di tong sampah, dan di tanah-tanah basah : bukan karena ga layak baca, tapi...]
2. kandidat, dari 6 yang mengambil formulir [maaf kalo tdk valid], hanya tiga yang mengembalikan formulir dan lulus verifikasi. hal tersebut secara sederhana menunjukkan seperti apa kandidat yang ngambil formulir dan tim di belakangnya. pembukaan kampanye kemarin, ada kandidat yang tidak datang, katanya memperjuangkan keyakinannya yang lebih praksis. oke, enggak apa-apa, bagus. tapi timnya harus bekerja keras meyakinkan dan menyampiakan ke publik bahwa yang calonnya lakukan adalah benar dan tidak melanggar etik apapun.
3. pemilih yang layak memilih. karena pemilih di itb itu sedikit, berkisar angka 4-6 ribuan, maka saya sempat bercita-cita para pemilih itu benar-benar tahu apa konsekuensi dari pilihannya. memilih berarti meyakini. Memilih tidak hanya menggiring ke jurang taggungjawab, tetapi menemani sampai batas kepengurusan, dan itu arti suatu kepercayaan. harusnya memang ada minimal 10 persen masa loyal pendukung presiden terpilih yang siap berkegiatan di kampus untuk kemahasiswaan itb periode ini, ternyata tidak demikian. jika kita tidak tahu akan diarahkan kemana km dan cara kerja kepengurusannya seperti apa, ya identias kandidat lah, lebih baik tidak memilih. karena tidak memilih saja tidak merubah apa-apa, maka harus ada energi lebih yag dialokasikan untuk masalah ini. kecuali ada standard minimum pemilih, kalau perolehan suara dibawah minimum semua maka bubarlah kita.
4. peran pengawas, sebenarnya lebih ke tanggungjawab institusional untuk himpunan-himpunan dan unit. mengawasi, mendukung, menolak, mengecam, dan atau memboikot sekalipun adalah pelajaran politik yang sehat. besambung...
selamat pagi udara dingin,
selamat merekah menjadi embun,
toh besok pagi [jika ada],
jadi udara lagi.
jadi malu, nulis banyak di halamannya ikram di sini dibiarin kosong. kebetulan kemarin pagi ada sahabat hati yang ngajak ngobrol masalah ini.
tentang pemilu raya km itb
selamat dan salut buat jalu, prima, dan kawan-kawan panpel yang masih berani berharap pada kemahasiswaan itb dengan cara seperti itu. beberapa kali himpunan saya dikunjungi untuk membicarakan masalah pemilu raya, sedikit lucu, karena hanya beberapa kali saja dalam periode oktober04-maret05 ini ada produk pemilu raya lalu berkunjung ke himpunan saya. tapi sudahlah. yang menurut saya menari untuk disampaikan di sini ialah tentang PEMILU BERKUALITAS. dari yang saya pahami, keharusan ada bebrapa komponen yang bermain dalam drama pemilu raya:
1. panpel dan aturan yang berpihak pada kejujuran pelaksanaan pelaksanaan politik kampus yang sehat
2. kandidat dan tim yang kuat, serius, total, dan tidak konyol
3. voter yang layak memilih
4. unit pengawas, baik secara kelembagaan dan atau personal
yang saya rasakan sekarang di pemilu raya kali ini ada beberapa komponen yang nampak keropos:
1. panpel? oke lah yah. hanya pengemasan publikasinya yang kurang sentuhan perasaan [coba lihat deh banyak selebaran kecil masalah pemilu raya bergeletakan di selasar-selasar himpunan, di tong sampah, dan di tanah-tanah basah : bukan karena ga layak baca, tapi...]
2. kandidat, dari 6 yang mengambil formulir [maaf kalo tdk valid], hanya tiga yang mengembalikan formulir dan lulus verifikasi. hal tersebut secara sederhana menunjukkan seperti apa kandidat yang ngambil formulir dan tim di belakangnya. pembukaan kampanye kemarin, ada kandidat yang tidak datang, katanya memperjuangkan keyakinannya yang lebih praksis. oke, enggak apa-apa, bagus. tapi timnya harus bekerja keras meyakinkan dan menyampiakan ke publik bahwa yang calonnya lakukan adalah benar dan tidak melanggar etik apapun.
3. pemilih yang layak memilih. karena pemilih di itb itu sedikit, berkisar angka 4-6 ribuan, maka saya sempat bercita-cita para pemilih itu benar-benar tahu apa konsekuensi dari pilihannya. memilih berarti meyakini. Memilih tidak hanya menggiring ke jurang taggungjawab, tetapi menemani sampai batas kepengurusan, dan itu arti suatu kepercayaan. harusnya memang ada minimal 10 persen masa loyal pendukung presiden terpilih yang siap berkegiatan di kampus untuk kemahasiswaan itb periode ini, ternyata tidak demikian. jika kita tidak tahu akan diarahkan kemana km dan cara kerja kepengurusannya seperti apa, ya identias kandidat lah, lebih baik tidak memilih. karena tidak memilih saja tidak merubah apa-apa, maka harus ada energi lebih yag dialokasikan untuk masalah ini. kecuali ada standard minimum pemilih, kalau perolehan suara dibawah minimum semua maka bubarlah kita.
4. peran pengawas, sebenarnya lebih ke tanggungjawab institusional untuk himpunan-himpunan dan unit. mengawasi, mendukung, menolak, mengecam, dan atau memboikot sekalipun adalah pelajaran politik yang sehat. besambung...
3 komentarnya:
Kandidatnya tinggal dua!
Hehehehe, untung ada "bumper" ya.. Jadi nggak batal tuh pemilu. Ya, meski "bumper" nya cari musuh kemana-mana, termasuk sama gua. Nggak apa-apa lah ya...
Mana tulisan yg lain?
jangan pernah berhenti berharap pak......paling tidak hanya itulah sisa asa kita tuk tetap ada di dunia.....
= benxjeLek =
btw mana nie tulisan yang lain....
jangan pernah berhenti berharap pak......paling tidak hanya itulah sisa asa kita tuk tetap ada di dunia.....
= benxjeLek =
btw mana nie tulisan yang lain....
Post a Comment
<< Home