Khutbah Jumat yang Menawan
Terbangun mendekati jam 11, whew! Tepar ternyata...
Bergegas mandi, terus ke mesjid sebelah kosan, Mesjid Dindikmenti Prov DKI (Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi).
Khutbahnya mantap ternyata, demikian:
Di awal pembicaraan Sang Khatib mengingatkan tentang arti usia dan umur. Katanya, usia adalah angka yang habis dibagi lama kita hidup di bumi. Sementara umur adalah sederet waktu yang kita pergunakan dengan baik, maksudnya diisi dengan karya dan ibadah. Beliau menyebut angka harapan hidup orang Indonesia rata-rata yang sekitar 60-70 tahun. Usia kita sekarang, jadi faktor pengurang usia harapan hidup itu. Berapa kira-kira angkanya? Saya 24, harapan hidup katakanlah 60 tahun, berarti ada saldo 36 tahun. Terlihat lama bukan? Karena belum dijalani, katanya. Tengok coba ke 24 tahun yang telah berlalu. Terasa sebentar bukan? Karena telah dijalani, dan yang menjadi pengingat saya, hanya karya yang baik dan yang buruk saja. Waktu antara yang diisi dengan kebingungan sulit saya tata dalam skema sejarah hidup saya, duh!
Kemudian tentang jasad dan ruh. Jasad yang 96 % akan kembali ke tanah, ke air, sesuai unsur kimia penyusun tubuh ini. C, N, O, dan H. Seperti iklan air minum (mineral) dalam kemasan, "Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air". Kemudian ruh itu, setelah berpisah dengan jasad akan menunggu giliran bertemu titik akhir ya itu bertemu Sang Pencipta. Diperlihatkanlah bagaimana kita, manusia, memanfaatkan kesempatan hidup. Astagfirullah Al Adhiim.
Terakhir, Khutbah di isi dengan cerita Raja Harun Al Rasyid di Baghdad yang berdiskusi dengan seorang ulama negeri itu. Sang Ulama mempersilakan Sang Raja meminum air putih yang tersedia. Sambil bertanya kepada Sang Raja:
"Apa yang baginda lakukan, jika segelas air ini, sangatlah sulit di dapat?"
(termenung) "Hmm...Aku akan menukar setengah hartaku untuk segelas air ini, tentunya, karena aku tidak bisa hidup tanpa air"
"Silakan diminum Baginda"
"Kemudian, jika air yang barusan baginda minum, tidak bisa keluar dengan cara yang wajar dari tubuh Baginda, kemudian menyebabkan kerusakan organ tubuh Baginda, apa yang akan Baginda lakukan?"
(termenung) "Hmm..Akan kutukar dengan setengah lagi kekayaanku..."
Demikian sederhana dan lemah nya manusia. Saya yang terlalu sering melupa, betapa segelas kopi adalah mahal. Betapa segelas air putih adalah mahal. Betapa rasa bersukurlah yang membuat semua yang saya terima menjadi lebih indah.
Terimakasih pelajarannya, Ustad, semoga kebaikan lah yang terus Anda tularkan, semoga Yang Maha Baik memuliakan Anda.
_adw
Bergegas mandi, terus ke mesjid sebelah kosan, Mesjid Dindikmenti Prov DKI (Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi).
Khutbahnya mantap ternyata, demikian:
Di awal pembicaraan Sang Khatib mengingatkan tentang arti usia dan umur. Katanya, usia adalah angka yang habis dibagi lama kita hidup di bumi. Sementara umur adalah sederet waktu yang kita pergunakan dengan baik, maksudnya diisi dengan karya dan ibadah. Beliau menyebut angka harapan hidup orang Indonesia rata-rata yang sekitar 60-70 tahun. Usia kita sekarang, jadi faktor pengurang usia harapan hidup itu. Berapa kira-kira angkanya? Saya 24, harapan hidup katakanlah 60 tahun, berarti ada saldo 36 tahun. Terlihat lama bukan? Karena belum dijalani, katanya. Tengok coba ke 24 tahun yang telah berlalu. Terasa sebentar bukan? Karena telah dijalani, dan yang menjadi pengingat saya, hanya karya yang baik dan yang buruk saja. Waktu antara yang diisi dengan kebingungan sulit saya tata dalam skema sejarah hidup saya, duh!
Kemudian tentang jasad dan ruh. Jasad yang 96 % akan kembali ke tanah, ke air, sesuai unsur kimia penyusun tubuh ini. C, N, O, dan H. Seperti iklan air minum (mineral) dalam kemasan, "Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air". Kemudian ruh itu, setelah berpisah dengan jasad akan menunggu giliran bertemu titik akhir ya itu bertemu Sang Pencipta. Diperlihatkanlah bagaimana kita, manusia, memanfaatkan kesempatan hidup. Astagfirullah Al Adhiim.
Terakhir, Khutbah di isi dengan cerita Raja Harun Al Rasyid di Baghdad yang berdiskusi dengan seorang ulama negeri itu. Sang Ulama mempersilakan Sang Raja meminum air putih yang tersedia. Sambil bertanya kepada Sang Raja:
"Apa yang baginda lakukan, jika segelas air ini, sangatlah sulit di dapat?"
(termenung) "Hmm...Aku akan menukar setengah hartaku untuk segelas air ini, tentunya, karena aku tidak bisa hidup tanpa air"
"Silakan diminum Baginda"
"Kemudian, jika air yang barusan baginda minum, tidak bisa keluar dengan cara yang wajar dari tubuh Baginda, kemudian menyebabkan kerusakan organ tubuh Baginda, apa yang akan Baginda lakukan?"
(termenung) "Hmm..Akan kutukar dengan setengah lagi kekayaanku..."
Demikian sederhana dan lemah nya manusia. Saya yang terlalu sering melupa, betapa segelas kopi adalah mahal. Betapa segelas air putih adalah mahal. Betapa rasa bersukurlah yang membuat semua yang saya terima menjadi lebih indah.
Terimakasih pelajarannya, Ustad, semoga kebaikan lah yang terus Anda tularkan, semoga Yang Maha Baik memuliakan Anda.
_adw
0 komentarnya:
Post a Comment
<< Home