jika kita membicarakan pilihan kita pada apa yang sedang atau telah kita pelajari dan mungkin akan dijadikan profesi, tentu ada ceritanya sendiri-sendiri. termasuk saya dan geofisika, meski entah akan jadi profesi atau tidak, tapi sejauh ini perjalanannya sangat menyenangkan!
memilih geofisika karena kakak yang paling gede meminta saya 'bekerja' di perusahaan minyak, dia sangat terinspirasi oleh teman kosannya yang kerja di salah satu perusahaan minyak asing di kalimantan yang tiap hari berangkat dan pulang bekerja naik helikopter. tadinya saya ingin jadi pengusaha, dengan memilih manajemen, tapi kakak yang keempat masuk manajemen. terus, karena keseringan melihat buku-buku arsitek dan desain, saya ingin masuk arsitektur, tapi kata kakak saya yang ketiga, seorang arsitek dari semarang bilang, kalau arsitek itu susah cari kerja. ya akhirnya hari-hari terakhir di bandung ketika intensif spmb di sumur bandung saya habiskan untuk memahami ada jurusan yang berbau minyak dan banyak fisika-nya ga ya? nemu geofisika, saya pilih, selesai.
taun pertama kuliah di ganesha, boro-boro kebayang geofisika itu apa, yang ada hanya kebencian pada kalkulus dan fisika dasar, karena dosennya seperti menganggap semua mahasiswa menyukai dan berminat dengan apa yang dia jelaskan dengan ber-api-api. wajar saja, itu profesinya. malah yang sangat saya nikmati adalah membaca sastra, ngobrol kesana-kemari dengan mereka yang disebut orang sebagai aktivis, pulang pergi jakarta-bandung untuk memahami 'peta politik' mahasiswa...dan hal-hal menyenangkan lainnya. bagian terbaik kuliah di ganesha tingkat satu adalah konsep teknologi, mata kuliah terbaik deh. saya sedikit mendapat gambaran dengan apa yang dipelajari di geofisika, padahal dosennya dosen minyak, terimakasih pa ucok. taun kedua di ganesha, bagian terbaiknya adalah hidrogeologi umum, karena sepertinya banyak orang yang bekerja keras untuk membuat kuliah itu sukses! taun ketiga, nah ini taun paling geofisika, tapi menurut saya yang banyak menunjukkan apa itu geofisika adalah :inversi geofisika, analisis sinyal geosains, seismologi (serta teori gelombang dalam geofisika sebagai turunannya), dan mekanika medium kontinu.
beberapa kali ekskursi tentu memberi kesan berbeda dibanding beberapa kali mampus di ruangan praktikum ( praktikum-nya kurang dari sejam, bikin laporannya 6 jam!, modulnya ga banyak berubah dari jaman baheula, fotokopiannya udah makin pudar), dan sayangnya saya tidak ber-hak menjadi asisten karena nilainya payah. terus ikutan lomba menulis makalah di ulangtaunnya gea (himpunan mahasiswa geologi itb) yang ke-50 pertengahan 2005, entah gimana caranya, saya menang juara tiga, dan jadi ketagihan, ikutan lagi lomba georesearch-nya himpunan mahasiswa geofisika indonesia (hmgi) akhir 2005. saya diketawain penguji, dibantai, dan dianggap tidak layak presentasi, ya meski tentu dosen sendiri lebih bijak. karena yang saya bicarakan adalah aspek analisis makro sistem, bukan sitem dan atau teknologinya.(silakan bayangkan, di negeri sendiri, di depan dosen sendiri, di depan teman-teman angkatan, anda ditertawakan, dan tidak ada penjelasan lebih lanjut...tapi anda tidak bisa mendebat lebih jauh karena yang duduk tersenyum itu doktor dari amerika, jepang, dan australia). saya tidak sakit hati, saya hanya sedih (sebenarnya tujuan acara ini apa sih?). kemudian seorang teman angkatan 2003 jurusan tambang, bilang ke saya, kalau benar apa yang saya ceritakan, dan apa yang saya tulis di makalah itu seperti yang saya ceritakan ke dia, maka menurut dia, juri waktu itu terlampau konservatif, artinya pendekatan berbagai pengetahuan untuk studi kasus satu bidang ilmu sekarang sudah menjadi keharusan, meski kadang kesan profesionalnya jadi sangat kabur (atau profesionalisme telah memiliki makna lain, seperti kapabilitas multi-disiplin ilmu?).
terus saya diterima di
summer research scholarship research school of earth science the australian national university 2005/2006 dengan mendapatkan pembimbing yang katanya google, salah satu dari sepuluh seismolog terbaik dunia saat ini. yang saya kerjakan disini sangat sederhana, mungkin sama bobotnya dengan satu judul praktikum seismologi di ganesha. hanya saja proses yang saya lewati, tentu saja berbeda, untuk mendapat pemahaman tentang perubahan domain dari waktu ke frekuensi saja saya harus menghabiskan puluhan lembar kertas (berapa pohon ya?). kemudian untuk membuat
graphic user interface (gui) perlu berapa kali saya merepotkan orang. tapi semuanya sedang dalam proses, dan langkah terbaik adalah menikmatinya!
jadi jika tiap-tiap kita diminta menjelaskan apa yang sedang kita pelajari di kuliahan (atau setelahnya), maka seberapa jelas dan sederhana kita bisa menjelaskannya. ke anak sma kelas 3, atau yang baru lulus sma (meski statusnya mahasiswa itb!), mahasiswa tingkat akhir yang pernah jadi asisten, atau doktor lulusan luar negeri...tentu saja berbeda.
canberra, 20.57 | 26 desember 2005
_andiw!