Monday, June 27, 2005

setelah ini

tulisan ini tentang rencana. padahal ada yang maha perencana, bahkan ada yang maha menentukan.
di tulisan-tulisan sebelumnya, ada yang maha perencana di sebut-sebut. nah ternyata setelah dipikir lagi, diulang lagi, di benamkan lagi, ternyata memang pertanyaan bis itu bener banged tuh, bis itu pa lagi? karena memang rencananya mentok disitu. yang tidak lucu adalah kehilangan visi. mungkin ada visi baru setelah sampai di terminal itu, tapi yang jelas nampak adalah visi dan rencana yang telah sedemikian berkurang karakter pribadinya, apakah ini baik? atau ini manusiawi, atau ini apa?
kepercayaan yang besar kepada sosok setengah yang lain menjadikan banyak pertimbangan yang bersifat menunggu jawaban, tidak ditentukan sendiri, nah entah lagi ini pertanda baik atau bagaimana.
yang selalu membuat tenang adalah ketika ada semacam percaya dan yakin, bahwa yang saya alami dan saya dapatkan adalah yang terbaik untuk saya yang direncankan yang maha perencana.

sepertinya saya wajar jika berdoa:
ya perencana, saya memohon rencana terbaikmu itu mudah hamba mengerti
ya pemilik, jadikan saya dan setengah yang lain menjadi umat yang pandai bersukur
ya pemilik, jadikan saya seperti inginmu, sebagai umat hamba jika boleh memohon, jadikan setengah yang lain menjalani rencana terbaik yang kau miliki. jika bersama hamba adalah rencana terbaikmu maka tunjukilah jalan yang tenang terang mendekatmu dengan cara ini.

jadikan satu nanti sebagai umat terbaikmu, dalam rencanamu, pemilik. aamiin

pulang

pulang. entah kenapa, kata ini menjadi sedemikian menyenangkan bagi saya. karena untuk saya sekarang artinya bertemu dengan emih, artinya merelakan waktu tanpa urusan kampus, artinya bisa maen sama qurtubil dan artinya juga bisa manja-manjaan di rumah.
pulang adalah warna terang yang kerap menaklukan terang amarah bahkan menyilaukan logika paling mewah sekalipun. coba deh,,,berhenti sejenak dan menengok ke belakang, nampak jelas masa kecil, dengan tekanan yang itu dengan konflik yang itu dan dengan hangat yang itu pula.
hanya saja, dari kepulangan sekarang, saya mendapati antipati dari dalam sini. terus ngapain? kontraproduktif, belum boleh berleha-leha, harusnya tidak begini, dan banyak lagi kata yang mencoba menjelaskan bahwa ruangannya telah berbeda.
mih, hapunten andi.

Thursday, June 09, 2005

makan yuk! di mana neh?

ceritanya ada dua anak muda.
berencana makan siang, ah tapi jangan di kampus (di itb maksudnya).
kita harus turun nih, kebawah, cobain student cafe-nya unsiba
wah keren neh, ceweknya keren-keren, kalah lah itb hehe, tapi kita kesini mau nyari makan men, bukan nyari cewe, dan udahlah, sampai di kagum aja, ga usah dilanjutin. menunya keren-keren, harganya 7-9 rebu. ada nasi sapi keju, penyajiannya ok, tampilan makanan di atas piring cukup mengesankan, rasanya juga oke, dan bebek hot saucenya banyak banged! sus gw! tempatnya ga terlalu rame, pencahayaannya oke, yang kurang kayaknya desain furniture sama musiknya kurang poll.
. . . .
kemarin kita ke bawah, sekarang kita harus ke atas men! setiabudi, kita harus ke upi!
ah tapi kayaknya kita belok disini aja, kita makan di enhaii aja.
wah boleh tuh.
menunya oke-oke, 'view'nya juga oke, viewnya terlalu banyak skylightnya euy, trus furniture-nya tidak lebih baik dari yang di unisba. menunya lebih baik tapi, terus penyajiannya, keren banged, untuk nasi ayam kalasan yang 300 aja, tampilannya pake selada-selada, timun, ama tomat iris...nasinya di bentuk..oke tampilannya 100 lah, keren banged!

dari perjalanan dua hari itu, ada beberapa catatan:
1. makanan di kampus ganseha emang kurang oke, ada hubungan yang kurang baik antara harga-tampilan-rasa-tempat-dan suasana.
2. kayaknya kebutuhan anak2 kampus ganesha lebih gede dibanding dua kampus liannya.
3. harga di titut ini terlalu mahal lah, ayam keju 4500 dengan pengemasan seperti itu dan ayam kalasan 5000 dengan pengemasan kayak getuh, ya jelas beda, rasa juga men beda!
4. buat anak-anak titut mah, yang penting kebagean makan, penyajian, rasa, jadi dikit ga penting, kasian ya...padahal pada mampu bayar (meureun).

apakah dengan menu dan cara makan kayak gitu bisa dibilang kualitas hidup anak-anak titut tidak lebih baik dari enhaii? apalagi unpar...
mmm...
hiks.

0] supported by D 38xx CF