art itb:mengiris dengan lugas
anggaran rumah tangga institut teknologi bandung dan naskah akademik itb menjadi sorotan mengingat kedua hal tersebut seperti sungai yang sempat melewati semua kota di provinsi itb. kota dosen, kota mahasiswa, kota karyawan, dsb.
berbagai respon saya lihat mengemuka dengan semangat. sejak awal tahun ini, tim perumus yang diketuai pak rizal z tamim yang juga sekretaris mwa itb telah melahirkan draft generasi ketiga. isu yang paling hangat dari sudut pandang mahasiswa adalah tentang status mahasiswa termasuk didalamnya organisasi kemahasiwaan. selain itu tentunya masalah akademis yang ternyata berkaitan.
isu profan tentang himpunan adalah dibubarkannya himpunan mahasiswa departemen yang sekarang menjadi semacam kerajaan mahasiswa. peraturan tentang satu himpunan mahasiwa dalam satu unit keilmuan serumpun (uks;fakultas) secara spontan menarik masa himpunan untuk tahu dan faham. berbagai respons nampak dengan segera mengemuka. mereka yang tidak berusaha mengerti permasalahannya serta tidak menerima informasi dengan lengkap kemudian memvonis: tolak art itb. mereka yang cinta berat himpunannya seketika bilang: ga mungkin kita gabung sama mereka (teman se-fakultas) kultur kita kan beda, kita dibesarkan dengan cara dan kebanggaan yang berbeda.
ketika saya masuk ke kampus ini, yang saya pahami adalah saya mahasiswa program studi geofisika. saya tidak memilih senior-senior saya sekarang, karena tidak kenal sebelum saya menentukan akan memilih jurusan (kosakata awam tentang disiplin ilmu yang akan dipelajari;departemen) mana di itb. berselang dua tahun, demikian banyak definisi yang harus saya terima dengan apa adanya. kultur himpunan, arogansi himpunan, kebanggaan himpunan, kebanggan jurusan, konflik jurusan, dan berbagai hal pembidang kehidupan saya di kampus. hal-hal tersebut secara tidak sadar telah menggiring saya ke dalam kotak-kotak kecil. yang bahaya dari itu semua adalah matinya kesadaran tentang konsep universalisme dan borderless. saya terhenyak ketika membaca salah satu pesan moral yang ada di gelang donor: love. no stranger in the world. saya setuju dengan itu.
saya melihat banyak energi yang dihabiskan untuk memikirkan perbedaan-perbedaan, batasan-batasan. dalam beberapa sisi hal tersebut memang kemudian menjadi karakter orang dan mengajarkan loyalitas. tapi di sisi lain mempertegas perbedaan dan bahkan menyakralkannya menjadi simbol dan lambang, dipake pula. dengan kekuatan-kekuatan kecil itu apakah bisa kita, mahasiswa, pemuda menjadi sebenar-benarnya harapan orang tua dan harapan para pendiri bangsa? saya pikir kita, tidak siap.
kembali ke art itb. bahasan tentang bagaimana organisasi mahasiwa dikembangkan menjelaskan bahawa: organisasi kemahasiswaan adalah dari, oleh, untuk mahasiswa. dari pembicaraan kami, ketua tim perumus sepakat bahwa dibutuhkan energi yang sangat-sangat besar untuk merubah dan mengusik kultur yang telah terbentuk puluhan tahun. bahkan depertemen kita masing-masing telah memiliki ikatan alumninya sendiri. jika benar dipecah, atau dengan kata lain disatukan menjadi beberapa uks saja, maka akan ada tatanan sosial baru.
masih mengenai istilah, ad dan art himpunan adalah bentuk ketidaktahuan kita tentang aspek legal perserikatan, yang tenyata harus lapor ke notaris dan mengajukan ad art tersebut. poinnya ada pada perubahan nama ad art menjadi peraturan atau ketentuan, atau kesepakatan himpunan, marka atau istilah sejenis. bisa juga ad art dengan interpretasi berbeda (bingung).
hal lain yang perlu digaris bawahi adalah tanggungjawan kita mahasiswa sebagai salah satu komponen itb untuk melihat seluruh sistem art dan naskah akademik institut, tidak hanya poin tentang mahasiswa saja. jika kita benar-benar peduli.
kemudian yang terpikirkan ialah tentang betapa murni dan jujurnya teman-teman calon mahasiswa baru yang memilih program studinya masing-masing tanpa sekalian memilih resiko konflik, kebanggaan, beban sejarah, dan peluang di program studi tempat ia akan belajar.
kosa:
_kita: di sini untuk mahasiswa itb yang sekarang masih berstatus mahasiswa, khususnya s1.
_himpunan: himpunan mahasiswa departemen.
_kalimat banyak diawali kata sambung karena potongan dari naskah drama bersama teman.
dan sungai itu mengalir dengan jernih di setiap kota yang dilewatinya, untuk waktu yang lama.
berbagai respon saya lihat mengemuka dengan semangat. sejak awal tahun ini, tim perumus yang diketuai pak rizal z tamim yang juga sekretaris mwa itb telah melahirkan draft generasi ketiga. isu yang paling hangat dari sudut pandang mahasiswa adalah tentang status mahasiswa termasuk didalamnya organisasi kemahasiwaan. selain itu tentunya masalah akademis yang ternyata berkaitan.
isu profan tentang himpunan adalah dibubarkannya himpunan mahasiswa departemen yang sekarang menjadi semacam kerajaan mahasiswa. peraturan tentang satu himpunan mahasiwa dalam satu unit keilmuan serumpun (uks;fakultas) secara spontan menarik masa himpunan untuk tahu dan faham. berbagai respons nampak dengan segera mengemuka. mereka yang tidak berusaha mengerti permasalahannya serta tidak menerima informasi dengan lengkap kemudian memvonis: tolak art itb. mereka yang cinta berat himpunannya seketika bilang: ga mungkin kita gabung sama mereka (teman se-fakultas) kultur kita kan beda, kita dibesarkan dengan cara dan kebanggaan yang berbeda.
ketika saya masuk ke kampus ini, yang saya pahami adalah saya mahasiswa program studi geofisika. saya tidak memilih senior-senior saya sekarang, karena tidak kenal sebelum saya menentukan akan memilih jurusan (kosakata awam tentang disiplin ilmu yang akan dipelajari;departemen) mana di itb. berselang dua tahun, demikian banyak definisi yang harus saya terima dengan apa adanya. kultur himpunan, arogansi himpunan, kebanggaan himpunan, kebanggan jurusan, konflik jurusan, dan berbagai hal pembidang kehidupan saya di kampus. hal-hal tersebut secara tidak sadar telah menggiring saya ke dalam kotak-kotak kecil. yang bahaya dari itu semua adalah matinya kesadaran tentang konsep universalisme dan borderless. saya terhenyak ketika membaca salah satu pesan moral yang ada di gelang donor: love. no stranger in the world. saya setuju dengan itu.
saya melihat banyak energi yang dihabiskan untuk memikirkan perbedaan-perbedaan, batasan-batasan. dalam beberapa sisi hal tersebut memang kemudian menjadi karakter orang dan mengajarkan loyalitas. tapi di sisi lain mempertegas perbedaan dan bahkan menyakralkannya menjadi simbol dan lambang, dipake pula. dengan kekuatan-kekuatan kecil itu apakah bisa kita, mahasiswa, pemuda menjadi sebenar-benarnya harapan orang tua dan harapan para pendiri bangsa? saya pikir kita, tidak siap.
kembali ke art itb. bahasan tentang bagaimana organisasi mahasiwa dikembangkan menjelaskan bahawa: organisasi kemahasiswaan adalah dari, oleh, untuk mahasiswa. dari pembicaraan kami, ketua tim perumus sepakat bahwa dibutuhkan energi yang sangat-sangat besar untuk merubah dan mengusik kultur yang telah terbentuk puluhan tahun. bahkan depertemen kita masing-masing telah memiliki ikatan alumninya sendiri. jika benar dipecah, atau dengan kata lain disatukan menjadi beberapa uks saja, maka akan ada tatanan sosial baru.
masih mengenai istilah, ad dan art himpunan adalah bentuk ketidaktahuan kita tentang aspek legal perserikatan, yang tenyata harus lapor ke notaris dan mengajukan ad art tersebut. poinnya ada pada perubahan nama ad art menjadi peraturan atau ketentuan, atau kesepakatan himpunan, marka atau istilah sejenis. bisa juga ad art dengan interpretasi berbeda (bingung).
hal lain yang perlu digaris bawahi adalah tanggungjawan kita mahasiswa sebagai salah satu komponen itb untuk melihat seluruh sistem art dan naskah akademik institut, tidak hanya poin tentang mahasiswa saja. jika kita benar-benar peduli.
kemudian yang terpikirkan ialah tentang betapa murni dan jujurnya teman-teman calon mahasiswa baru yang memilih program studinya masing-masing tanpa sekalian memilih resiko konflik, kebanggaan, beban sejarah, dan peluang di program studi tempat ia akan belajar.
kosa:
_kita: di sini untuk mahasiswa itb yang sekarang masih berstatus mahasiswa, khususnya s1.
_himpunan: himpunan mahasiswa departemen.
_kalimat banyak diawali kata sambung karena potongan dari naskah drama bersama teman.
dan sungai itu mengalir dengan jernih di setiap kota yang dilewatinya, untuk waktu yang lama.