karena saya awam dengan musik, maka definisi ritme, rithm, yang banyak digunakan di bidang musik baru saya definisikan sebagai unsur penting keseharian. siklus, alur, runutan, adalah sekumpulan ungkapan kata yang seprtinya berusaha menjelaskan makna yang sama.
ritme hidup. demikian pilihan kata yang menurut saya sedang mencecar benak ini di beberapa hari terakhir. cobaan-ujian, yang selalu datang dalam keseharian menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam 'bahaya'. diuji untuk dilihat kualitasnya. penyelesaian soal ujian yang diberikan pada manusia tiap hari adalah ukuran kualitas manusia itu.
entah kenapa dua kali hari senin dalam dua minggu ini saya memaksakan diri membeli majalan tempo edisi terbaru. edisi mahasiswa. isinya beragam, menjelaskan banyak permasalahan bangsa ini. banyak menuliskan betapa-begini-betapa-begitu masyarakat indonesia. kemudian muncul rasa 'saya harus jadi bagian solusi, bagian penyelesaian masalah bangsa ini, masalah masyarakat ini'. getir, melihat angka-angka rupiah, indeks ini-itu yang berputar-putar, naik turun. di korupsi, di bohongkan.
kemudian muncul pertanyaan. berapa banyak orang seperti saya? berapa banyak anak muda usia 22 yang memiliki kegetiran yang mirip, memiliki keinginan yang mirip, memiliki dendam yang demikian panas. kemudian mereka tidak bisa memberikan apa-apa, tidak mengubah apa-apa. karena kurang cerdas membaca dan memahami keadaan dan kebenaran.
berpikir makro dan memposisikan diri seolah-olah bisa langsung mengakses kebijakan publik adalah naif bagi saya. meski saya selalu naif dalam hal ini.
berpikir untuk menyelesaikan tugas, atau laporan praktikum, atau sekadar membaca-baca bahan ujian akhir nanti sepertinya akan lebih bermanfaat dalam tujuh bulan ke depan. persiapan menyelesaikan masa studi di kampus ini. karena jika dalam tujuh bulan ini saya tidak menyelesaikan bagian ini dalam hidup saya, saya tidak akan kemana-mana, saya tidak akan bisa benar-benar mengakses kebijakan publik. saya tetap bergulat di permasalahan yang sama, pemrasalahn kurikulum yang dibuat di kondisi lingkungan akademik yang katanya berbudaya riset namun lebih masif sebagai budaya proyek industri.
beberapa hari lalu, lembaga ilmu pengetahuan indonesia, mengeluarkan indeks penelitian indonesia 2006. di dalamnya tentu ada sebarisan angka yang menjadi indikator untuk mengukur siapa yang meneliti, siapa yang mroyek, siapa yang hanya bersembunyi dibalik sebuah struktur akdemik itb (diantaranya, serta banyak universitas lain).
ritme hidup ini terasa kurang sehat. dengan pembagian waktu yang kurang bedaya guna. dari 24 jam hari kemarin saja, hanya berapa jam yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman lebih tentang materi tugas yang harus saya selesaikan.
adalah melewati ini dengan senyum kemenangan dan pemahaman yang lengkap adalah cara saya untuk menang. naik kelas, untuk selanjutnya menjadi sebenar-benar solusi permasalahan banyak orang. setelah permasalahan saya sendiri selesai adanya.
kemudian jadi pragmatis, kemudian jadi oportunis. tak hanya sejauh itu saya memilih jika pengertian sebelumnya tentang kata-kata itu telah saya alami. makanya, sekarang, saya hanya sedang ingin mengamat-amati, membaca, menulis, di sela-sela yang sempit timbunan permasalahan kuliah yang harusnya saya selesaikan setahun lalu.
tapi baiklah, hanya yang mengeluh layak di seret sejauh perubahan itu melibatkannya. atau saya memang tidak harus dan tidak layak terlibat?
kemudian cerita hidup ini terus bergerak, maju. dengan ritme khas usia 22 tahun di negara sedang berkembang.
_andi m adiwiarta